Trends May 10, 2025

Konten Buatan Pengguna (UGC) di 2025: Membentuk Ulang Cara Merek Berinteraksi dengan Audiens.

Konten buatan pengguna atau User Generated Content (UGC), yang mencakup gambar, video, posting blog, ulasan, dan berbagai konten lain yang dibuat dan dibagikan oleh pengguna di luar aktivitas pemasaran profesional tradisional, dengan cepat telah menjadi alat penting bagi merek untuk membangun koneksi yang autentik dengan audiens mereka. Menariknya, 93% pemasar yang memanfaatkan UGC dalam strategi mereka mengklaim bahwa performanya jauh lebih baik dibandingkan dengan konten bermerek tradisional.

Pada tahun 2026, diperkirakan hingga 90% konten online akan dihasilkan oleh AI, dan UGC akan semakin bercampur dengan kreasi yang didukung oleh kecerdasan buatan. Untuk tetap menonjol di tengah lautan konten sintetis, keaslian dan sentuhan manusia akan menjadi faktor yang lebih penting dari sebelumnya.

Rekap UGC di 2024: Ringkasan Tren dan Insight

Pada tahun 2024, pertumbuhan pesat UGC semakin mengukuhkan posisinya sebagai strategi pemasaran inti, dengan 93% pemasar melaporkan bahwa UGC memberikan performa yang lebih baik dibandingkan konten bermerek tradisional. UGC terbukti memberikan manfaat nyata melalui keterlibatan konsumen yang autentik. Salah satu tren utama adalah meningkatnya popularitas video pendek berdurasi kurang dari 30 detik—sering kali hanya 15 detik—khususnya untuk penempatan vertikal di platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube Shorts.

Dari pengalaman kami bekerja dengan klien, kami mengetahui bahwa mengintegrasikan UGC ke dalam kampanye iklan berbayar tetap menjadi strategi yang hemat biaya, sekaligus mematahkan anggapan bahwa iklan harus selalu tampil sempurna agar berhasil. Riset menunjukkan bahwa 79% konsumen merasa lebih nyaman dengan merek yang menampilkan konten buatan pengguna karena dianggap lebih dapat dipercaya. Banyak merek merasakan manfaat nyata dalam meningkatkan kesadaran, membangun loyalitas merek, dan memperbaiki pengalaman pelanggan secara keseluruhan.

Salah satu contohnya adalah strategi UGC yang diterapkan Iconic London. Selama 12 bulan terakhir, strategi digital Iconic London berfokus pada membangun kepercayaan konsumen melalui keaslian, konsistensi, dan koneksi yang kuat di situs web serta Instagram mereka. Brand makeup ini secara efektif memanfaatkan UGC untuk memungkinkan pembeli melihat langsung penggunaan produknya melalui tutorial, tips & trik, serta ulasan makeup. Penggunaan UGC oleh Iconic London terbukti efektif, dengan peningkatan tingkat konversi sebesar 126% dan kenaikan rata-rata nilai pesanan sebesar 11% dalam waktu 12 bulan. Ini menegaskan pentingnya menggunakan konten autentik untuk menarik perhatian dan meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan.

LO-FI UGC: Nyata, Apa Adanya, dan Dekat dengan Audiens

Salah satu tren yang terus meningkat adalah konten Lo-Fi (Low Fidelity), yang mengutamakan keaslian dan kesan alami. Seiring konsumen semakin mencari koneksi yang tulus dengan merek, mereka mulai meninggalkan konten yang terlalu rapi dan lebih menyukai video serta gambar yang mentah, spontan, dan personal. Lo-Fi UGC bisa berupa apa saja, mulai dari video smartphone tanpa edit hingga foto di balik layar yang menunjukkan sisi alami dari sebuah brand. Strategi ini menonjolkan kedekatan, memperlihatkan bahwa brand tidak selalu sempurna dan mau menunjukkan realita.

Banyak brand terus mengadopsi pendekatan yang lebih “tidak sempurna” ini untuk menjangkau audiens muda yang lebih skeptis. Cara ini memungkinkan mereka menampilkan sisi yang lebih manusiawi dan relatable—baik saat memperlihatkan produk yang sedang digunakan maupun menangkap momen kegagalan. Pendekatan ini membangun koneksi emosional yang lebih dalam, memperkuat rasa percaya dan loyalitas konsumen.

Data menunjukkan bahwa konsumen 63% lebih mungkin melakukan pembelian atau mengunduh aplikasi setelah melihat konten buatan pengguna. Selain itu, 90% anak muda berusia 18-36 tahun memberikan respons positif terhadap kreator yang menunjukkan ketidaksempurnaan mereka.

Dengan memanfaatkan konten kreator Lo-Fi dalam iklannya di TikTok dan Instagram, Clarins berhasil menampilkan manfaat produk secara autentik. Iklan-iklan tersebut memperlihatkan situasi sehari-hari yang relatable, membangun kedekatan dengan audiens melalui ketidaksempurnaan dan keaslian. Lo-Fi UGC menawarkan keunggulan besar karena mampu memanusiakan brand dan menciptakan hubungan yang lebih erat dengan target audiens. Pendekatan ini tidak hanya memungkinkan brand untuk bereksperimen dengan konten yang lebih autentik, tetapi juga menekan biaya produksi dan meningkatkan engagement. Tantangan di tahun 2025 adalah menemukan keseimbangan antara keaslian dan profesionalisme, sambil secara efektif mengelola potensi risiko terhadap reputasi brand.

 

Employee-Generated Content (EGC): Memberdayakan Karyawan sebagai Duta Merek

Employee-generated content (EGC) kini menjadi alat yang semakin kuat bagi brand yang ingin meningkatkan kredibilitas dan membangun kepercayaan dengan audiens. Pada tahun 2025, para karyawan—khususnya yang berada di tim media sosial—semakin sering tampil sebagai wajah brand di platform seperti TikTok, Instagram Reels, dan LinkedIn. Mereka membagikan cerita pribadi, konten di balik layar, atau wawasan tentang produk, sehingga mampu memanusiakan brand dengan cara yang tidak bisa dicapai oleh iklan tradisional.

EGC terbukti sangat efektif di platform media sosial, di mana konsumen menghargai transparansi dan keaslian. Brand seperti HubSpot dan Adobe telah berhasil memanfaatkan EGC dengan menjadikan karyawan mereka sebagai pendukung brand. Misalnya, Adobe menggunakan EGC di platform seperti TikTok untuk menampilkan kreativitas karyawan dan kehidupan sehari-hari di kantor, yang membuat brand terasa lebih dekat dan relevan, terutama bagi konsumen muda seperti Gen Z yang lebih mempercayai konten dari orang nyata dibandingkan dari perusahaan.

Boots UK juga menerapkan EGC di TikTok. Melalui video di balik layar, para karyawan menjadi influencer yang memperlihatkan produk sekaligus aktivitas harian mereka. Pendekatan ini menghasilkan konten yang segar dan relatable, memanusiakan brand, serta memberikan pengalaman yang lebih personal sehingga mampu membangun koneksi dengan audiens.

Pada tahun 2025, EGC diprediksi akan semakin sering muncul secara online seiring banyak perusahaan menyadari potensinya dalam membangun kepercayaan, memperkuat budaya perusahaan, dan meningkatkan semangat karyawan. Karyawan dinilai lebih relatable dan kredibel, sehingga postingan mereka lebih mudah diterima oleh jaringan masing-masing. Hal ini menciptakan efek multiplikasi yang mampu meningkatkan brand awareness, traffic website, hingga konversi. Studi menunjukkan bahwa postingan karyawan dibagikan ulang hingga 24 kali lebih sering dibandingkan postingan brand, yang menyoroti potensi advokasi karyawan dalam memperkuat pesan brand.

Seiring karyawan mengambil peran yang lebih besar dalam storytelling brand, perusahaan perlu menyediakan panduan dan insentif untuk memastikan konten buatan karyawan tetap sejalan dengan nilai-nilai brand.

 

AI-Generated Content (AIGC): Masa Depan UGC

Kecerdasan buatan (AI) mulai memberikan dampak besar dalam dunia pembuatan konten, terutama melalui platform seperti TikTok Symphony Studio dan berbagai desain berbasis AI untuk menciptakan avatar, video, dan UGC yang depersonalisasi. TikTok Symphony Studio adalah alat editing video sederhana yang memungkinkan pengguna dengan mudah menambahkan musik, efek, dan voice-over ke video mereka. Fitur yang ramah pengguna ini sangat ideal untuk membuat konten berkualitas tinggi dengan cepat dan mudah, bahkan bagi mereka yang tidak memiliki keahlian editing lanjutan.

Pada tahun 2025, konten buatan AI (AIGC) akan menjadi elemen penting untuk mempercepat produksi UGC, memungkinkan brand menciptakan konten yang dipersonalisasi tanpa harus memiliki tim besar. Platform seperti TikTok dan Symphony Studio memudahkan pembuatan video musik yang menarik, sementara alat berbasis AI lainnya dapat menghasilkan konten berbasis teks secara real-time, mulai dari deskripsi produk hingga blog post.

Keunggulan utama dari AIGC adalah skalabilitasnya, yang memungkinkan brand untuk melakukan uji coba dan iterasi konten dengan cepat. Brand seperti Coca-Cola sudah mulai bereksperimen dengan iklan video yang dihasilkan AI dan disesuaikan dengan preferensi individu. Personalisasi ini mampu meningkatkan engagement sekaligus menurunkan biaya produksi konten secara manual.

Namun, ketergantungan berlebihan pada AIGC berpotensi membuat audiens merasa kehilangan sentuhan manusia yang autentik. Keberhasilan AIGC terletak pada kemampuannya untuk menyeimbangkan kreativitas dengan storytelling yang humanis. Jika digunakan secara bijak, AIGC dapat memperluas jangkauan konten secara efektif—namun tetap tidak boleh menggantikan koneksi manusia yang tulus.

 

UGC untuk Brand B2B dan Berbasis Jasa: Pendekatan Baru dalam Membangun Koneksi dengan Pelanggan

User-Generated Content (UGC) kini tidak lagi terbatas pada brand B2C. Brand B2B dan berbasis jasa semakin memanfaatkan UGC untuk berinteraksi dengan audiens mereka secara lebih bermakna. Hal ini mencakup penayangan bagaimana pengguna memanfaatkan produk atau layanan mereka, baik itu perangkat lunak akuntansi, alat DIY, maupun peralatan taman. UGC memungkinkan brand B2B mendemonstrasikan bagaimana produk atau layanan mereka mampu menyelesaikan tantangan nyata yang dihadapi pelanggan.

Sebagai contoh, sebuah brand alat DIY dapat mendorong penggunanya untuk membagikan video proyek perbaikan rumah yang menggunakan alat-alat dari brand tersebut. UGC seperti ini lebih relatable dan membantu menjawab pain point pelanggan, sehingga menciptakan koneksi yang lebih kuat dengan audiens. Tren ini terbukti mampu mendorong loyalitas brand dan meningkatkan engagement.

Pada tahun 2025, Xero, perusahaan perangkat lunak akuntansi yang berbasis di Inggris, memanfaatkan UGC untuk berinteraksi dengan audiensnya dan menunjukkan nilai dari layanan yang mereka tawarkan. Dengan mendorong pengguna untuk membagikan pengalaman mereka dan Customer Stories di media sosial, Xero memperlihatkan bagaimana platformnya mampu merampingkan proses akuntansi, mengelola keuangan, dan meningkatkan efisiensi bisnis. Strategi UGC ini tidak hanya membangun kepercayaan dan loyalitas brand, tetapi juga memberikan wawasan berharga tentang penerapan nyata serta manfaat produk mereka, sehingga memperkuat posisi Xero di pasar B2B yang kompetitif.

 


 

Masa Depan UGC di 2025: Inovasi dan Adaptasi

UGC diprediksi akan semakin penting seiring perkembangan lanskap digital di tahun 2025. Brand harus mampu menyeimbangkan kreativitas dan autentisitas, serta beradaptasi dan bereksperimen dengan alat-alat baru untuk memenuhi tuntutan yang terus berkembang. Pemanfaatan UGC yang sukses melibatkan penciptaan pengalaman lintas kanal yang mulus dan penyelarasan konten dengan tujuan bisnis. Dengan berfokus pada konten yang personal, relevan, dan mampu membangkitkan emosi, brand dapat membangun koneksi yang lebih dalam dan mencapai hasil yang lebih optimal.

Inti yang perlu digaris bawahi bagi para marketer adalah mengadopsi pendekatan test-and-learn, dengan bereksperimen terhadap berbagai format konten serta memanfaatkan insight berbasis data untuk mengoptimalkan kampanye UGC. Baik melalui storytelling brand yang inovatif maupun pemanfaatan teknologi untuk memperbesar skala produksi konten, UGC akan tetap menjadi komponen vital dalam strategi pemasaran yang sukses.

 


 

Cara Mengintegrasikan dalam Strategi Media Sosial Anda

Untuk memaksimalkan UGC dan iklan berbayar, kolaborasi dengan tim organic internal atau mitra agensi dapat membuka banyak pembelajaran berharga bagi kedua belah pihak. Banyak klien kami yang membagikan data dan insight dari tim paid ke tim organic, guna memperkuat strategi UGC di kedua lini, baik berbayar maupun organik.

Konten sering kali perlu disesuaikan agar sesuai dengan best practices di berbagai platform media sosial. Misalnya, kami selalu menyarankan agar video dimulai dengan pesan yang kuat di 10 detik pertama untuk menyoroti poin-poin kunci. Saat audiens scrolling di media sosial, pengguna baru harus segera memahami apa produk/brand tersebut, dan manfaat yang mereka dapatkan—bahkan jika mereka tidak menonton video sampai habis. Strategi ini akan meningkatkan kesadaran merek dan pengenalan lebih lanjut di funnel pemasaran.

Selain itu, terdapat peluang untuk mengambil pembelajaran dari konten organik yang memiliki engagement kuat. Video yang mendapatkan respons positif dari komunitas existing merupakan titik awal yang baik untuk mengembangkan UGC dalam kampanye iklan berbayar.

Newsletter

Gabung bersama 33.000+ orang lainnya untuk update tips, tutorial, dan info menarik!

WhatsApp